Senin, 08 Juni 2015

INJEKSI ATROPIN SULFAT



            INJEKSI  STERIL  ATROPIN SULFAT
Tanggal Praktikum           :    30 September 2014

·         Formula yang Akan Dibuat
R/  Inj. Atropin Sulfat 0,1 mg/ml
      Mf Inj. Ampul 2 ml No. III
KR           :
Pro         :
Prinsip :  Na steril
Signa     :
OTT        :
·         Wadah tidak membebaskan alkali karena atropine sulfat dapat beraksi dengan alkali.
·         Atropine sulfat bersifat mudah teroksidasi sehingga harus ditempatkan dalam wadah bebas alkali.
Usul       :
·         Alat- alat gelas (Erlenmeyer, beaker glass) dianggap steril.
·         Bahan obat (Atropin Sulfat, natrii cloridi, acidi hydrocloridi) dianggap steril.
·         Ampul dianggap bebas alkali dan berwarna coklat.







PENDAHULUAN

I.      Latar Belakang
Sterilisasi adalah suatu cara untuk inaktivasi / eliminasi mikroorganisme hidup termauk spora. Pembuatan sediaan farmasi secara steril ini dimaksudkan untuk sediaan yang dipakai pada organ manusia yang sensitive. Seperti mata, pembuluh darah, telinga, dll. Dalam sterilisasi ada berbagai jenis metode yang digunakan. Ada yang secara fisika pemanasan, radiasi, filtrasi) dan juga secara kimia (dengan menggunakan gas). Dalam metode pemanasan sendiri, ada dua cara yang dapat digunakan, yaitu secara panas lembap dan panas kering.

Sediaan steril adalah sediaan farmasi yang memenuhi syarat bebas dari mikroorganisme di samping syarat fisika dan kimia. Beberapa macam bentuk sediaan steril antara lain :
a.       Bentuk cair, misalnya larutan steril, emulsi steril, dan suspense steril
b.      Bentuk semi padat, misalnya : salep mata steril
c.       Bentuk padat steril, misalnya : serbuk kering steril

Sediaan farmasi steril yang dimasukkan ke dalam tubuh dengan cara disuntikkan ke dalam atau melalui kulit, mukosa dan jaringan disebut injeksi.

Obat yang diberikan dengan cara di-injeksikan disebut pemberian obat secara parenteral. Parenteral adalah sediaan obat yang digunakan diluar dari saluran cerna. Parenteral  berasal dari bahasa Yunani para dan enteron yang berarti “menghindari usus”. Sediaan parenteral memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan sediaan parenteral antara lain :
a.       Respon cepat
b.      Pasien tidak sadar/tidak bisa menelan
c.       Obat rusak dalam sal. Cerna
d.      Aksi obat diharapkan cepat tercapai
e.       Kadar obat harus tetap terkontrol dalam tubuh
f.       cepat mencapai jaringan target
g.      Absorpsi obat lebih mudah diperkirakan dan berulang
h.      Efek samping dapat diketahui dan dikontrol lebih cepat

Sediaan parenteral juga memiliki kekurangan, diantaranya :
a.       Biaya lebih mahal
b.      Membutuhkan keahlian khusus
c.       Bila terjadi efek toksik obat tidak bisa segera ditarik
d.      Rasa nyeri saat disuntik, apalagi jika harus diberikan berulang


Sediaan parenteral diinjeksikan ke dalam tubuh menembus mekanisme pertahanan tubuh, masuk ke dalam sirkulasi darah atau jaringan tubuh. Dengan demikian maka sediaan yang diinjeksikan harus benar-benar memenuhi persyaratan sediaan parenteral.

Persyaratan sediaan parenteral adalah sebagai berikut :

1.      Kesesuaian kandungan bahan obat dalam sediaan dengan yang tercantum dalam etiket, selama penyimpanan tidak terjadi kerusakan obat secara kimiawi
2.      Wadah yang cocok, untuk menjaga sterilitas dan mencegah interaksi bahan obat dengan wadah
3.      Aman secara toksikologi
4.      Kompatibel
5.      Steril dan bebas dari kontaminasi mikroorganisme baik bentuk vegetatif, spora patogen maupun nonpatogen
6.      Bebas pirogen
7.      Isotonis
8.      Isohidris
9.      Bebas partikel melayang
10.  Stabil baik secara fisika, kimia maupun mikrobiologi



II.   Tujuan Praktikum
Tujuan diadakannya praktikum ini adalah :
·         Mahasiswa dapat memahami cara sterilisasi bahan obat, bahan pembantu, alat dan wadah sediaan farmasi steril.
·         Mahasiswa dapat memahami cara formulasi sediaan farmasi steril
·         Mahasiswa dapat mengevaluasi sediaan farmasi steril yang dibuat.
·         Mahasiswa dapat memahami cara pengemasan sediaan farmasi steril.
Dalam praktikum kali ini, kelompok kami membuat sediaan farmasi berupa injeksi steril Atropin Sulfat. Dimana semua prosedur yang ada kami tulis dalam laporan ini (alat, bahan, prosedur, penghitungan bahan sampai pada tahap selesainya).





III.  Teori Singkat Injeksi

a.       Ansel edisi ke 4 hal 399
Obat suntik di definisikan secara luas sebagai sediaan steril bebas pirogen yang dimaksudkan untuk diberikan secara parental.
b.      Farmakope Indonesia Edisi  III halaman 13
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
c.       Syarat- syarat obat suntik
·         Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan / efek toksik.
·         Harus jernih, tidak ada partikel padat, kecuali yang berbentuk suspense.
·         Tidak berwarna, kecuali bila memang obatnya berwarna.
·         Sedapat mungkin isohidris, pH injeksi harus sama dengan pH tubuh agar bila diinfeksikan ke tubuh tidak terasa sakit dan penyerapan obat dapat optimal.
·         Sedapat mungkin isotons, tekanan osmosis larutan harus sama dengan tekanan osmosis darah dan cairan tubuh agar tidak sakit bila diinfeksi.
·         Harus steril dan bebas pirogen.

                 










IV.  PREFORMULASI
Zat Pembawa :
1.      NATRII  CHLORIDUM atau Natrium Klorida (Farmakope Indonesia Edisi III halaman 403)

Pemerian : Hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa asin.

Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P ; sukar larut dalam etanol (95%) P.

Keasaman – kebasaan : Larutkan 50 g dalam 200 ml air bebas CO2 P, tambahkan 10 tetes larutan biru bromtimol P. jika larutan berwarna kuning, untuk merubah menjadi warna biru diperlukan tidak lebih dari 1,0 ml NaOH 0,02 N. jika larutan berwarna hijau atau biru, untuk merubah menjadi warna kuning diperlukan tidak lebih dari 3,12 ml HCl 0,02 N.

Susut Pengeringan : Tidak lebih dari 0,5 %

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Khasiat dan penggunaan : Sumber ion klorida dan ion natrium.


2.      ACIDUM HYDROCHLORIDUM atau Asam Klorida (Farmakope Indonesia Edisi III halaman 53)

Pemerian : Cairan; tidak berwarna; berasap; bau merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang.

Bobot per ml : Lebih kurang 1,18 g

Keasaman – kabasaan : Larutan yang sangat encer masih masih bereaksi asam kuat terhadap kertas lakmus P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Khasiat dan penggunaan : Zat tambahan.



3.      AQUA PRO INJECTIONE atau Air untuk Injeksi (Farmakope Indonesia Edisi III halaman 97)
Air untuk injeksi adalah Air suling segar yang disuling kembali, disterilkan dengan sterilisasi A atau C.
Pemerian; Keasaaman – kebasaan; Amonium; Besi; Tembaga; Timbal; Kalsium; Klorida; Nitrat; Sulfat; Zat teroksidasi : Memenuhi syarat yang tertera pada Aqua destillata.
Sisa penguapan : Tidak lebih dari 0,003 % b/v; penguapan dilakukan di atas tangas air, kemudian dikeringkan dengan suhu 105 selama 1 jam.
Pirogen : Memenuhi Uji pirogenitas yang tertera pada Uji keamanan hayati
Sterilitas : Memenuhi Uji sterilitas yang tertera pada Uji keamanan hayati
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap. Jika disimpan dalam wadah bertutup kapas berlemak harus digunakan dalam waktu 3 harisetelah pembuatan
Khasiat dan Penggunaan : Untuk pembuatan injeksi.

V.      PENDEKATAN FORMULASI
Zat Aktif :
ATROPINI SULFAS atau Atropina Sulfat (Farmakope Indonesia Edisi III halaman 98)
Pemerian : Hablur tidak berwarna; serbuk putih; tidak berbau; sangat pahit; sangat beracun.
Kelarutan : Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam lebih kurang 3 bagian etanol (90%) P; sukar larut dalam kloroform P; praktis tidak larut dalam eter P dan dalam benzene P
Keasaman – kebasaan : Larutkan 1,0 g dengan 20 ml air bebas CO2. Titrasi dengan NaOH 0,02 N menggunakan indicator larutan merah metil P; diperlukan tidak lebih dari 0,3 ml.
Susut pengeringan : Tidak lebih dari 4,0 %; pengeringan dilakukan pada suhu 110 hingga bobot tetap.
Sisa pemijaran : Tidak lebih dari 0,1 %
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
Khasiat dan penggunaan : Parasimpatolitikum
Dosis maksimum : Sekali 1 mg, sehari 3 mg. 
VI.  FORMULASI
Literatur :  Watimena II hal 17 (Injectio Atropini Sulfat)
Kadar    : 0,025% ; 0,05% ; 0,1%
R/  Atropin sulfat                              0,025                     0,05                        0,1
      Natrium Chlorida                        0,9                          0,9                          0,9
      Asam Chlorida                             1ml                         1ml                         1ml
      Air untuk injeksi                         100ml                    100ml                    100ml

o   Sterilisasi                     : outoklaf 121°C 15 menit
o   pH                                  :  4,0-6,0
o   Penyuntikkan            :  subkutan (s.c)

Kadar yang digunakan pada praktikum :
Injeksi Atropin Sulfat dengan kadar : 0,1%
R/ Atropin Sulfat                    0,1
     Natrium klorida                  0.9
     Asam klorida                      1 ml
     Air untuk inj.                      ad 100 ml

·         Tabel Perencanaan
Nama Zat
Kelarutan
pH
Sterilisasi
Khasiat
Literature
Atropine Sulfat
Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol,  terlebih dalam etanol mendidih ; mudah larut dalam gliserin
4,5 – 6,2
Otoklaf/ filtrasi
parasimpatolitikum
FI IV  115
FI III  98
MD 28  292
Natrii Chloridum
Mudah larut dalam air, sedikit lebih larut dalam air mendidih; larut dalam etanol

Otoklaf/ filtrasi
Sumber ion klorida dan ion natrium
FI IV 589
FI III  403
MD 28  28
Acidi Hydrochloridum



Zat tambahan
FI III  53
Aqua pro injeksi



Untuk pembuatan injeksi
FI III  97
Wattimena

·         Sterilisasi Alat dan Bahan
No
Alat dan Bahan
Sterilisasi
Literatur
Awal
Paraf
Akhir
Paraf
1
Kaca arloji, pinset, spatula, batang pengaduk
Flambir 20 detik
Watimena hal 45




2
Erlenmeyer, beaker glass, ampul
Oven 170°C 30 menit
Watimena hal 39, 49, 139




3
Gelas ukur, kertas saring, pipet, corong
Autoklaf 120°C 15 menit
Watimena hal 72, 77




4
Karet pipet
Rebus 30 menit
Watimena hal 53




5
Aqua pi
Didihkan 10 menit
Watimena hal 12




6
Larutan obat
Autoklaf 120°C 15 menit
FI IV hal 112









VII.     PERHITUNGAN
Volume yang akan dibuat
Ampul                         : V = (n + 2) V’ + (2 x 3)
                                          = (10 + 2) 1,1 + (2 x 3)
                                          = 13,2 + 6
                                          = 19.2 ml     ~     25 ml
·      Atropin sulfat = 0.1 x 25/100 = 0.025 gram  à dibuat pengenceran = 5 ml
·      NaCl               = 0.9 x 25/100 = 0.225 gram
·      HCl                 = 1 x 25/100    = 0.25 ml      à tetes percobaan
                                                                         1 ml =   tetes
                                                                         0.25 ml x   tetes =    tetes
·      Aqua pro injeksi          ad 25 ml

Pengenceran atropine sulfat
Timbang atropine sulfat  50 mg  +  aqua p.i ad 10 ml
Yang diambil  =  x 10 ml   =  5 ml

VIII.    PENIMBANGAN
v  Atropine sulfat                  =  25 mg
v  Natrium klorida                 =  225 mg
v  Acidi hydrochloridum      =  0,25 ml
v  Aqua pro injeksi                 ad    25 ml

Alat dan Bahan

Alat :
·         Kaca arloji
·         Pinset
·         Spatula
·         Batang pengaduk
·         Erlenmeyer
·         Ampul
·         Beaker glass


·         Gelas ukur
·         Pipet tetes
·         Kertas saring
·         Corong
·         Kapas
·         Aluminium foil

Bahan :
·         Atropine Sulfat
·         Natrium Klorida
·         Asam Klorida
·         Aqua p.i







Cara Kerja :
1.      Sterilkan alat dan bahan yang diperlukan
2.      Kalibrasi beaker glass ad 25 ml.
3.      Timbang bahan  obat dengan kaca arloji.
4.      Buat pengenceran 1 tets atropine sulfat, masukkan hasil pengenceran ke dalam beaker glass + NaCl dan asam klorida.
5.      Tambahkan aqua p.i secukupnya, aduk-aduk ad homogen, cek pH (3).
6.      Setelah pH cocok, tambahkan aqua p.i ad 25 ml.
7.      Saring 2x penyaringan dan buat filtrate.
8.      Masukkan larutan obat ke dalam ampul dengan jarum suntik yang sudah disterilkan dengan alcohol 70% , ambil larutan obat sebanyak 1,1 ml, masukkan dalam ampul dengan hati-hati jangan sampai menyentuh leher ampul, lalu segel.
9.      Sterilkan ampul di autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit pada posisi terbalik di dalam beaker glass.
10.  Beri etiket dan kemas.


IX.  EVALUASI HASIL SEDIAAN
pH larutan = 3

X.      DESAIN KEMASAN DAN ETIKET
 




Text Box: KOMPOSISI:
Tiap ml mengandung
Atropine Sulfat  0,5mgText Box: Batch No.  14A0034
Mgf. Data  12 2013
Exp. Data  12 2015
Net  6 ammpouls Rp. 48.125Text Box: Dosis, Cara Pemberian, Indikasi
Kontraindikasi, Efek Samping, Interaksi Obat, dll: 
Lihat pada brosurText Box: HARUS DENGAN RESEP DOKTER
OF MEDICAL PRESCRIPTION ONLY
SIMPAN PADA SUHU (15-25)°C
LINDUNGI DARI CAHAYA
Manufactured by : PT TRIFA FARMA
 


















































DAFTAR PUSTAKA
1.      Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Dep Kes RI.
2.      Ansel,Howard C.2008 . Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta :UI Press.
3.      Wattimena,J.R, Tan Siang Gwan. Dasar-dasar Pembuatan dan Resep-resep Obat Suntik. Jakarta :














Tidak ada komentar:

Posting Komentar